Paradoks Kucing Schrödinger
Berhubung ini hari
minggu (implikasi-nya adalah saya kekurangan kerjaan hari ini :D) dan kebetulan
beberapa hari ini, saya sedikit tertarik dengan fisika kuantum (soalnya lagi
ada kuliahnya :D). Jadilah dalam tulisan kali ini saya akan menjelaskan salah
satu paradoks terkenal dalam dunia "quantum
mechanic", yaitu paradoks Kucing Schrödinger.
Kucing Schrödinger?
Ada yang pernah
dengar..??
Kalo belum, saya akan
menjelaskan paradoks yang digagas salah satu sesepuh besar fisika kuantum yaitu
om Erwin Schrödinger ini. Intinya,
paradoks ini untuk mendebat pendapat Max Born yang bilang kalo fungsi gelombang
(notasi: ψ ), yaitu elemen paling dasar yang menyusun seluruh dunia mekanika
kuantum itu hanya elemen probabilitas saja. Konsekuensi dari pendapat ini
adalah bahwa kenyataan di dunia fisik (dunia kita) hanyalah masalah probabilistik,
karena dunia kita disusun olah elemen-elemen kuantum (atom, elektron, proton,
d.l.l).
Misal
dalam menjelaskan konsep ini kita melakukan sebuah ilustrasi, kita akan
menggunakan beberapa properti, sebuah kotak tertutup yang cukup besar untuk
memasukkan kucing dan ikan goreng yang sebelumnya sudah di "racuni"
(aslinya Schrödinger menggunakan labu gas beracun dan Geiger, berhubung
keduanya tidak bisa ditemukan di rumah saya). Maka marilah kita bermain asumsi
saja. Intinya konsepnya tersampaikan.
Okelah.
Mari kita mulai, pertama-tama, kita masukkan ikan yang sudah diracun ke dalam
kotak tertutup. Berikutnya, masukkan pula objek (si kucing) ke dalam kotak. Kemudian
kita tutup. Tunggu selama 1 jam, sekarang marilah kita membuat asumsi, dengan
mengandaikan persentase kemungkinan kucing memakan umpan adalah 50%
Jadi di sini, selama kotak tertutup, kita dapatkan keadaan fifty-fifty. Apakah setelah di buka kucing akan “almarhum” atau masih segar bugar.
Jadi di sini, selama kotak tertutup, kita dapatkan keadaan fifty-fifty. Apakah setelah di buka kucing akan “almarhum” atau masih segar bugar.
Mengutip
ucapan om Schrödinger. “Dengan demikian,
setelah satu jam, kemungkinannya sama — yakni gas beracun mengalir (kucing
mati) atau gas beracun tetap tersimpan (kucing hidup).” Ini berarti kucing mati
sekaligus hidup. Bagaimana mungkin ini terjadi?”
Inilah
paradoks kucing Schrödinger, Om Schrödinger menyampaikan sebuah skenario
ekstrim yang tak masuk akal.”, mungkinkah kucing mati sekaligus hidup di satu
waktu?”
Para ilmuwan kemudian menyebut kondisi campuran ini sebagai superposisi keadaan (keadaan yang tidak bisa dipastikan karena persentase hidup-mati kucing sama =50%).
Para ilmuwan kemudian menyebut kondisi campuran ini sebagai superposisi keadaan (keadaan yang tidak bisa dipastikan karena persentase hidup-mati kucing sama =50%).
Jawaban
untuk paradoks ini muncul dari fisikawan Max Born :
“Jika tutup kotak dibuka, maka kita akan tahu keadaan si kucing: apakah kucing sudah mati, atau masih hidup. Di sini cuma ada satu kemungkinan yang bisa jadi kenyataan.
“Jika tutup kotak dibuka, maka kita akan tahu keadaan si kucing: apakah kucing sudah mati, atau masih hidup. Di sini cuma ada satu kemungkinan yang bisa jadi kenyataan.
Intinya,
menurut Born, hanya ada satu kemungkinan yang boleh mewujud. Apakah kucing
mati, atau hidup? Tidak mungkin dua-duanya terjadi bersamaan. Kenyataan cuma ada satu! Ini
jelas meruntuhkan klaim Schrödinger bahwa kucing terjebak antara fase “hidup”
dan “mati”.
Tapi,
benarkah demikian? Argumen Schrödinger seolah tumpas oleh penjelasan Born.
Pengukuran selalu memberikan hasil tunggal; inilah sebabnya kita tak pernah
menemukan kucing “setengah mati-setengah hidup” di dunia nyata. Meskipun
demikian, masih ada masalah.
“Kucing
memang terpastikan keadaannya setelah kita melakukan pengamatan (dalam hal ini
membuka kotak). Tetapi, bagaimana jika kita tak pernah membuka tutup kotak?”
Jika kotak tak pernah dibuka, tentunya kita tak tahu apakah kucing mati atau hidup. Kita bisa saja memasukkan kucing ke dalam kotak, lalu kotaknya kita kubur, dan kita tinggal ngePES (wkwk :v). Kabar si kucing?
Jika kotak tak pernah dibuka, tentunya kita tak tahu apakah kucing mati atau hidup. Kita bisa saja memasukkan kucing ke dalam kotak, lalu kotaknya kita kubur, dan kita tinggal ngePES (wkwk :v). Kabar si kucing?
Tetapi,
coba sudut pandangnya diubah. Satu jam kemudiaan, bagaimana sebenarnya nasib
kucing yang kita kubur? Kemudian kita sadar, kepastian belum didapat. Kucing masih sama
mungkinnya antara hidup dan mati!! #jengjeng
Inilah
paradoks terbesar yang dihadirkan oleh percobaan Kucing Schrödinger.
Bahwasanya, selama tak dilakukan pemeriksaan, kemungkinan kucing mati atau
hidup sama-sama 50%. Mengikut ide Schrödinger, maka kucing akan berada dalam
keadaan superposisi (antara mati dan hidup). Maka hal ini akan terus
berlangsung sampai keadaan menjadi terpastikan (melalui pengamatan). Sampai
kita membuka kotak.
Penjelasan
di atas, sesungguhnya, memiliki konsekuensi filosofis yang sangat serius. Apa
yang serius? Yang serius adalah penjelasan akan superposisi itu sendiri. Tak
ada jalan bagi kita untuk mengetahui keadaan kucing sebelum kotak dibuka.
Apakah kucing mengalami superposisi, atau tidak?
Jika
kita ganti “kucing” dengan “fungsi gelombang” ini melahirkan banyak tafsir di
kalangan ilmuan, salah satu yg paling ekstrim teori many-worlds interpretation (MWI). Menurut MWI, jika saat kita
buka ternyata kucing masih hidup, sebenarnya probabilitas “kucing mati” tidak
menghilang. tetapi mewujud di… Dunia
Paralel. Hah? Sehingga sebenarnya tidak ada probabilitas yang tersia-sia.
Hanya saja karena adanya beda fase, maka dunia tersebut tak bisa kita amati
sama sekali.
Ini
artinya, setiap percabangan superposisi, selalu menciptakan “dunia-dunia
paralel” lain, dimana setiap kemungkinan benar-benar terjadi. dalam contoh
kucing, jika ternyata setelah kita buka. kucing tewas di “dunia kita”, “di
dunia lain“ ada kemungkinan kucing hidup.
Demikian penjelasan singkat mengenai paradoks kucing
Schrödinger, jika kamu gak “mudeng”, jangan cemas. Soalnya kamu bukan satu-satunya
^_^ (saya juga masih bingung sampai saat ini,hehe) dan itu wajar, seperti kata
seorang punggawa terhebat Mekanika Kuantum, Pak Niels Bohr.
“If anybody says he can
think about quantum physics without getting giddy, that only shows he has not
understood the first thing about them.”
Intermezzo
Trus
ngapain kita belajar kaya gini? Eh, jangan salah kira, ada hikmah loh dibalik
ini semua. Pernah denger nasehat
orang yang punya positive thinking punya peluang sukses lebih gede dari yang
negative thinking melulu ? Kenapa positive thinking bisa menghasilkan positive
result?
Arti dari percobaan
Kucing Schrödinger ini adalah bahwa apa yang kita amati (think or feel) itulah
yang menciptakan kenyataan. Semua hal sebelumnya netral 50-50. Pada teori
fisika klasik, semua benda termasuk manusia terdiri dari atom yang merupakan
benda padat. Karena benda padat, secara fisik kita terikat dengan konsep ruang
dan waktu. Ke Arab misalnya, tidak bisa langsung nyampe, melainkan harus naik
pesawat (ruang) dan butuh waktu berjam-jam.
Namun menurut teori
Kuantum Fisika tidaklah demikian. Benda yang sama bisa saja hilang dan muncul
di 2 tempat berbeda bersamaan karena tidak mengenal konsep ruang dan waktu.
Penyebabnya? Karena semua benda padat yang ada di alam semesta ini ternyata
bukanlah benda padat sama sekali.
Teori Kuantum Fisika
dimulai oleh Max Plank. Melalui pengamatannya tentang gelombang cahaya
ditemukan bahwa partikel atom pada cahaya (atom dikategorikan benda padat)
tidaklah bersifat terus menerus, melainkan muncul-hilang dalam bentuk paket-paket
energi (foton) yang sangat kecil. Paket energi terkecil tersebut dinamakan
Kuanta.
Jadi, atom bukanlah
benda padat berbentuk kayak bola melainkan gelombang energi yang
muncul-hilang-muncul. Pada percobaan selanjutnya, ditemukan partikel atom yang
muncul kemudian hilang dan muncul lagi di tempat lain 2-20 tahun kemudian.
Kemana larinya atom ini selama kurun waktu 2-20 thn tsb.
Inilah yang melahirkan
teori adanya dunia atau dimensi paralel
di alam semesta. Atom yang sesungguhnya hanyalah gelombang energi itu bisa
hilang di dunia A tapi muncul di dunia B.
Oleh karena manusia
juga terbentuk dari triliunan atom, maka kita ini bukanlah benda padat
sebagaimana yang kita kira. Kita adalah gelombang informasi dan energi yang
muncul dan hilang. Jadi menurut teori Kuantum ini, kucing tadi bisa saja ada di
bumi dan di planet lain. Bisa jadi orang-orang yang sudah “meninggal” masih
hidup di dunia lain. Kita sadar kucing tadi masih ada atau sudah mati karena
kita mengamatinya. Semuanya dimungkinkan karena semua benda ternyata bukanlah
benda padat sehingga tidak lagi terbelunggu pada fisik.
Oleh sebab itu,
consciousness (kesadaran penuh) sangatlah penting. Pikiran dan perasaan kita
bisa menarik hal buruk dan baik tergantung apa yang kita pikirkan/rasakan. Ini
karena kita dan semua yang kita inginkan (mobil, cewek, HP, PS, Xbox, PSP,
Battlefield 4 :3) pada dasarnya adalah gelombang informasi dan energi, bukan
benda padat.
terimakaish penjelasannya mas, ampir stress saya baca di wikipdia gak mudeng2.
BalasHapusIntinya, kita mesti bisa menyadari bahwa ada sesuatu yang terhubung antara ego-super ego-alam bawah sadar, dengan sesuatu yang diluar itu. Seperti : keinginan, nafsu, ambisi, doa, cinta, sampai pencapaian ketuhanan.
BalasHapusAda gelombang yang terhubung antara semua itu.
Yang jadi penyebab ketidak berhubungan antara satu dengan yang lain adalah, perspektif yang kita tanam dalam ego-super ego- alam bawah sadar, itu kita tumpuk berjam-jam, berhari-hari, bertahun-tahun, berwaktu-waktu.
Sehingga, apa yang sesungguhnya menjadi tolak ukur ataupun capaian kebahagiaan yang kita 'mahluk' inginkan sering bersebrangan, sehingga muncullah penderitaan.
Oleh karena itu, sudut pandang dan hipotesa kita mesti dirubah pelan-pelan, terhadap sesuatu yang kita lihat, dengar, dan lakukan.
Itu sama halnya dengan merubah pola pikir kita, yang semula negatif thinking menjadi positif thingking.
Namun yang menjadi kendala perubahan sudut pandang itu adalah kuatnya gelombang yang dilontarkan oleh ego kita ke alam bawah sadar kita.
Kita belum sadar, ke-aku-an kita itu yang mana.
Dalam jasat yang hidup ini sebenarnya terdapat tiga mahluk besar yang menjalankan segala apa yang kita jalani.
Tinggal kita "kesadaran" itu sadar mahluk mana yang lebih dominan menentukan pikiran dan tindakan kita. kita "kesadaran" ini mesti paham pula, mahluk mana yang mesti dikurangi intensitas kekuatan gelombangnya, sehingga kita lebih bijak dalam mengambil tindakan dan putusan.
Mumet.....podooo
Setelah saya membaca wikipedia diatas, selanjut saya membaca komentar ini
HapusKepala saya berasa pergi ke dunia lain
berkat baca di salah satu scene anime lagi ngebahas mengenai kucing schrodinger, langsung penasaran nyari tahu, dan kesasar di page ini. sangat membantu anyway. thanks !!!
BalasHapus