Refleksi Kuliah 6 Filsafat PEP (Zoom) - 4 Oktober 2021

Ditulis oleh : Purwoko Haryadi Santoso (21701261044)

Program studi : S3 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Kelas C)

 

Bismillahirrohmanirrohim. 

Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarakatuh

 


Pada pertemuan minggu keenam, Bapak Marsigit masih menerapkan metode yang sama seperti keempat minggu sebelumnya yaitu kegiatan yang berjudul “Luruh Ego” di awal pertemuan yang dilaksanakan. Kegiatan ini direncanakan untuk meng”ada”kan yang mungkin “ada” ke dalam pikiran mahasiswa yang mengikuti kuliah filsafat di kelas beliau. Rangsangan pengetahuan yang difasilitasi Bapak Marsigit dapat menjadi pemantik rasa keingintahuan segenap mahasiswa dalam beberapa aliran yang disinggung Bapak dalam setiap pertanyaannya tentang beberapa doktrin atau pendapat yang pernah diajukan oleh filsuf-filsuf pendahulu.

Olah pikir melalui tiga puluh pertanyaan yang diajukan oleh Bapak Marsigit cukup membuat saya merenung akan beberapa hal yang masih harus saya pelajari dalam ilmu filsafat ini. Banyaknya jumlah aliran yang pernah dipikirkan oleh manusia selama ini bisa menjadi sumber pemikiran dihasilkannya ilmu-ilmu baru pada masa yang akan datang. Itulah yang dimaksud sebagai meng”ada”kan yang mungkin “ada” oleh Bapak Marsigit. Setiap pertanyaan yang Bapak ajukan dalam kegiatan Luruh Ego ini membahas beberapa aliran filsafat yang bisa dipelajari sesudahnya melalui kegiatan sesuai dengan preferensi masing-masing. Gambaran ketigapuluh pertanyaan yang diajukan Bapak pada minggu keenam kali ini antara lain :

 


1.      Apa filsafatnya memikirkan pengalaman ? (analitik a posteriori)

2.      Apa filsafatnya memikirkan pikiran ? (metakognisi)

3.      Apa filsafatnya memikirkan doa ? (teologi)

4.      Apa filsafatnya memikirkan yang ada ? (ontologi)

5.      Apa filsafatnya memikirkan yang mungkin ada ? (ontologi)

6.      Apa filsafatnya memikirkan contoh? (logos)

7.      Apa filsafatnya memikirkan penglihatan ? (persepsionisme)


8.      Apa filsafatnya memikirkan mimpi ? (rasionalisme)

9.      Apa filsafatnya memikirkan sebab ? (fondasionalisme)

10.  Apa filsafatnya memikirkan akibat ? (empiris)


11.  Apa filsafatnya memikirkan rumus ? (teorema)

12.  Apa filsafatnya memikirkan hidup ? (filsafat hidup)

13.  Apa filsafatnya memikirkan hati ? (aksiologi)


14.  Apa filsafatnya memikirkan takdir ? (fatalisme)


15.  Apa filsafatnya memikirkan ikhtiar ? (vitalisme)


16.  Apa filsafatnya memikirkan manfaat ? (utilitarianisme)


17.  Apa filsafatnya memikirkan yang hilang ? (nihilisme)


18.  Apa filsafatnya memikirkan jawaban ? (sintesis)


19.  Apa filsafatnya memikirkan pertanyaan ? (ilmu)


20.  Apa filsafatnya memikirkan tesis ? (antitesis)


21.  Apa filsafatnya memikirkan intuisi ? (metafisik)


22.  Apa filsafatnya memikirkan terjadinya alam ? (filsafat alam)


23.  Apa filsafatnya memikirkan hak ? (deontologi)


24.  Apa filsafatnya memikirkan kewajiban ?  (deontologi)


25.  Apa filsafatnya memikirkan tugas ? (deontologi)


26.  Apa filsafatnya memikirkan kesadaran ? (filsafat)


27.  Apa filsafatnya memikirkan keputusan ? (ilmu)


28.  Apa filsafatnya memikirkan ingatan ? (intuisi)


29.  Apa filsafatnya memikirkan Tuhan ? (teologi)


30.  Apa filsafatnya memikirkan pilihan ? (abstraksi)


 


Tanda kurung yang disematkan setelah tanda tanya pada daftar pertanyaan di atas merupakan jawaban yang dianjurkan oleh Bapak Marsigit dalam setiap kegiatan Luruh Ego yang diselenggarakan. Bapak Marsigit tidak memungkiri akan adanya perbedaan pandangan terhadap setiap pertanyaan yang disampaikan oleh Bapak. Akan tetapi, dengan semangat dan tujuan mempelajari hal baru, kita boleh-boleh saja untuk menerapkan gagasan Bapak Marsigit dalam meng”ada”kan yang mungkin “ada” dalam proses belajar landasan ilmu atau aliran-aliran yang berkembang dalam bidang ilmu filsafat. Pencocokan jawaban saya terhadap gagasan Bapak Marsigit mengakumulasikan kesesuaian sebanyak empat pertanyaan yang terletak pada butir ke-4, 7, 17, dan 29. Peningkatan pencapaian saya dalam kegiatan Luruh Ego mungkin bisa direfleksikan sebagai keberhasilan saya dalam menggunakan pengalaman saya yang diperoleh dalam perkuliahan yang diselenggarakan oleh Bapak Marsigit. Pengalaman merupakan salah satu cara manusia untuk meng”ada”kan yang mungkin “ada” dalam pemikiran manusia. Aliran ini merupakan arus utama yang ditekankan pada para filsuf empirisme yang juga pernah Bapak Marsigit diskusikan di kelas ini.

Akan tetapi, refleksi sebaliknya juga bisa dijelaskan dalam menanggapi pencapaian saya sampai minggu keenam ini. Meskipun terdapat peningkatan dalam akumulasi skor setiap minggunya, proporsi jawaban yang tidak sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Marsigit masih menunjukkan angka yang lebih besar daripada jawaban benarnya. Hal ini menandakan bahwa pengalaman yang saya miliki dalam setiap aliran masih perlu dieksplorasi lebih lanjut melalui beberapa kegiatan membaca, melihat video, atau mengikuti tulisan Note of The Day melalui akun facebook Bapak Marsigit. Melalui kegiatan ini, secara perlahan-lahan diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan yang bisa saya peroleh untuk memperdalam materi aliran filsafat yang didiskusikan oleh Bapak Marsigit.

Selanjutnya, salah satu diskusi yang terjadi dalam kegiatan Luruh Ego ke-5 kali ini mungkin akan menarik untuk direfleksikan dalam tulisan kali ini. Yaitu terkait dengan filsafat yang memikirkan doa yaitu “teologi”. Aliran ini berusaha untuk menyusuri hakikat atau eksistensi Tuhan dalam setiap pengalaman yang diperoleh manusia. Beberapa ahli pendahulu sudah banyak yang telah memikirkan hal tersebut. Banyak buku tentang aliran ini yang bisa dibaca di perpustakaan. Namun, Bapak mengingatkan kepada kita bahwa kita bisa saja membaca semua bukunya asalkan hal tersebut tidak mengganggu keimanan yang telah kita jalani. Hal ini perlu ditanamkan kepada segenap mahasiswa yang ingin tahu terhadap hasil pemikiran filsuf pada bidang ini. Menurut Bapak Marsigit, urusan Tuhan adalah urusan pribadi yang akan sangat berbahaya jika filsafat menggoyahkan keimanan kita setelah membaca isi bukunya. Keimanan yang goyah justru menandakan gagalnya filsafat teologi dalam membelajarkan manusia tentang Tuhan. Oleh karena itu, hikmah yang bisa diambil adalah kita harus menyeimbangkannya dengan peran hati dalam mempelajari salah satu aliran filsafat ini.

Keseimbangan hati dan pikiran dalam proses berfilsafat ini pernah disampaikan oleh Bapak Marsigit dalam Note of The Day nya di bawah ini.


Pelajaran yang bisa direnungkan setelah membaca status ini adalah fitrah kita sebagai manusia untuk senantiasa merawat kehidupannya di dunia. Kegiatan belajar yang manusia lakukan setiap waktu merupakan kebutuhan dasar setiap manusia agar bisa tetap hidup di dunia. Manusia diberi kebebasan untuk mengeksplorasi seluruh bagian dunia yang ingin dicari informasinya sesuai dengan preferensi dan kebutuhan manusia masing-masing. Setiap ilmu yang ada sekarang merupakan hasil pemkiran manusia yang pernah ada hingga saat ini. Namun, sebagai orang yang beriman kita harus ingat akan keberadaan Tuhan Sang Maha Pemilik Ilmu atas ilmu yang dikaruniakan kepada manusia hingga saat ini. Hanya sebagian kecil ilmu Tuhan  yang bisa dicerna oleh pikiran manusia. Sedangkan masih banyak hal yang masih abstrak di luar kendali pikiran manusia. Oleh karena itu, hal ini berhubungan terhadap saran yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya mengenai keseimbangan hati dan pikiran dalam mempelajari sebuah ilmu atau dalam usaha mengembangkan suatu ilmu pengetahuan.

        Mungkin berakhir pada kalimat ini yang bisa saya refleksikan dalam perkuliahan kali ini. Semoga bisa bermanfaat bagi para pembaca tulisan di blog pribadi saya ini. Saya mohon maaf jika terdapat kekeliruan dalam tulisan yang saya sampaikan. Diskusi untuk konfirmasi yang membangun akan saya sambut dengan baik dalam rangka perbaikan diri dan pengetahuan.

Wabilahi taufik wal hidayah. 

Wassalamu’alaykum warahmatullohi wabarokatuh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman dan Tips-Tips Lolos CPNS Dosen Kemenristekdikti

Pengaruh Suasana Kelas yang Monoton dan Membosankan terhadap Proses Pembelajaran

Analisis Dimensi dan Kesetaraan Besaran