Refleksi Kuliah 9 Filsafat PEP (Zoom) - 25 Oktober 2021

Ditulis oleh : Purwoko Haryadi Santoso (21701261044)

Program studi : S3 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Kelas C)


Bismillahirrohmanirrohim. 

Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarakatuh


Sekolah fisika (school physics) tidak sama dengan pembelajaran fisika. Menurut ideologi pendidikan yang disampaikan oleh Paul Ernest (1991), pembelajaran fisika sebagai sekolah fisika seharusnya tidak memandang bahwa fisika hanyalah sebagai tubuh keilmuan (a body of knowledge) saja tetapi lebih luas daripada itu. Dengan asumsi seperti ini, siswa yang mempelajari fisika seolah-olah hanya berkutat pada rumus, angka, dan persamaan padahal hakikat ilmu fisika sendiri merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam. Bandul yang mengayun, bunyi yang beresonansi, listrik yang bisa memberikan energi adalah beberapa gejala alam yang seharusnya dibawa dan diperkenalkan guru secara langsung di dalam kelas. 

Siswa merupakan manusia yang memiliki kehendak, kebutuhan, dan pengalaman yang berbeda-beda. Guru sebagai orang yang lebih tua seharusnya memperhatikan akan pentingnya perbedaan yang terjadi di dalam kelas. Fisika yang dianggap sebagai kumpulan konten mengenai gejala-gejala alam (a body of knowledge) hanya akan membuat pembelajaran fisika menjadi kurang bermakna dalam diri siswa jika siswa merasa tidak memiliki kebutuhan akan hal itu. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa merupakan suatu keharusan yang harus dipilih agar pembelajaran fisika yang menjadi rutinitas saat ini menjadi sekolah fisika yang lebih humanis.

Siswa tidak bisa dianggap sebagai ember kosong ketika masuk ke dalam pembelajaran fisika. Guru sebagai orang tua tidak bisa dianggap sebagai seseorang yang hanya bertugas mengisi ember ini menjadi penuh terisi. Berdasarkan kondisi, lingkungan, dan kemampuan yang dibawa siswa dari asalnya guru seharusnya memperhatikan bahwa siswa harus diperlakukan lebih humanis daripada itu. Pembelajaran fisika sebaiknya melibatkan kegiatan-kegiatan kooperatif diantara siswa tetapi tetap tidak melupakan hakikat ilmu fisika itu sendiri. Fisika yang dimaknai seperti ini akan lebih bermakna menjelaskan gejala alam fisika.


Sekolah fisika harus bisa mengarahkan bahwa siswa adalah subjek penentu arah pembelajaran. Guru sebaiknya memahami bahwa menempatkan siswa sebagai objek pembelajaran hanya akan membuat masalah yang telah dijelaskan sebelumnya menjadi problematika dalam pelaksanaan pembelajaran fisika. Siswa harus diberikan peran utama pelaksanaan suatu proses pembelajaran. Apalagi fisika yang hakikatnya mempelajari gejala alam. Biarlah siswa berinteraksi dengan gejala alam di sekitar untuk memahami bagaimana fisika bekerja untuk menjelaskan proses terjadinya gejala tersebut.


Akhirnya pendidikan merupakan aspek kehidupan yang penting untuk diperhatikan semua pihak. Ironinya, sampai saat ini kita hanya mengenal “wajib belajar”, tetapi belum mengenal “sadar belajar” (Marsigit, 2021). Inilah tujuan pendidikan yang seharusnya akan dicapai oleh seseorang yang memperoleh akses pendidikan dalam hidupnya. Pendidikan tidak hanya sebagai langkah formalitas untuk memperoleh selembar legalitas bahwa dirinya telah menempuh program pendidikan. Tetapi lebih jauh daripada itu, kehidupan selalu menuntut manusia untuk selalu belajar. Meskipun sekolah formal tidak menjadi rutinitas hariannya, setiap orang pasti akan melalui proses belajar baik dalam lingkungan kecil keluarga, berhubungan sosial dengan masyarakat, bekerja sama dalam bidang pekerjaan sebagai ladang pencari nafkah, dan lain-lain. Ideologi pendidikan sebagai “sekolah” yang diajukan oleh Paul Ernest (1991) memiliki cita-cita untuk mewujudkan kesadaran ini. Kesadaran adalah hal mendasar yang harus dimiliki oleh seorang pembelajar. 

Demikian yang bisa saya sampaikan dalam refleksi perkuliahan ke 9 pada tulisan kali ini. Semoga bisa menjadi tulisan yang bermanfaat bagi para pembaca.


Wabilahi taufik wal hidayah. 

Wassalamu’alaykum warahmatullohi wabarokatuh.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman dan Tips-Tips Lolos CPNS Dosen Kemenristekdikti

Analisis Dimensi dan Kesetaraan Besaran

Pengaruh Suasana Kelas yang Monoton dan Membosankan terhadap Proses Pembelajaran