Postingan

Menampilkan postingan dengan label Filsafat

Tema 1. Pendidikan Responsif Budaya dalam Pembelajaran Fisika

Gambar
Tema 1 : Inovasi Pendidikan dan Implikasinya terhadap Perubahan Paradigma PEP “Pendidikan Responsif Budaya dalam Pembelajaran Fisika”   Purwoko Haryadi Santoso Penelitian dan Evaluasi Pendidikan NIM. 21701261044   Salah satu topik yang masih sering didiskusikan dalam komunitas pendidikan fisika adalah bagaimana kita mentransformasi lingkungan kelas kita untuk menghasilkan rasa kesetaraan, inklusif, dan hangat diantara siswa. Linkungan pendidikan seharusnya bisa memperhatikan pengalaman siswa termasuk hubungan antara pengajaran, kurikulum, dan lingkungan sosial. Dalam tulisan ini, penulis akan mendiskusikan pendekatan yang dapat digunakan untuk mentransformasi pembelajaran fisika serta contoh penerapannya di dalam kelas. Khususnya, tema-tema umum dalam model seperti yang relevan dengan budaya, responsif terhadap budaya, dan pendidikan budaya berkelanjutan. Berdasarkan tema-tema ini, penerapan modelnya akan disajikan dalam konteks pendidikan sains. Definisi Pendidikan Res

Refleksi Kuliah 11 Filsafat (Zoom) - 8 November 2021

Gambar
Bismillahirrohmanirrohim.  Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarakatuh  Tema diskusi pada pertemuan kali ini adalah masih bersinggungan dengan pentingnya memunculkan inovasi dalam pembelajaran. Meskipun mata kuliah ini berjudul sebagai "Filsafat", konteks pembelajaran dan pendidikan dilibatkan Bapak Marsigit dalam mendiskusikan filsafat kali ini. Hal ini berkorelasi dengan latar belakang dan tujuan yang diharapkan setelah mengikuti kuliah ini yaitu dapat mendukung keahlian peserta mata kuliah dalam bidang "Penelitian dan Evaluasi Pendidikan". Dengan demikian, Filsafat seharusnya menjadi landasan berpikir bagi kami yang akan mengembangkan serta meneliti pokok-pokok permasalahan dalam penelitian dan evaluasi pendidikan. Filsafat yang dipelajari dengan Bapak Marsigit akan menjadi gagasan dalam menghasilkan pemikiran-pemikiran kami. Turunan dari pemikiran filosofis akan tertuang dalam ideologi yang akan kita yakini. Ideologi dalam benak seseorang akan mempengaruhi b

Refleksi Kuliah 10 Filsafat PEP (Zoom) - 1 November 2021

Gambar
Ditulis oleh : Purwoko Haryadi Santoso (21701261044) Program studi : S3 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Kelas C) Bismillahirrohmanirrohim.  Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarakatuh Pada pertemuan kali ini, terdapat pengalaman menarik yang dibagikan Prof. Marsigit ketika beliau menempuh studi di London (UK). Pengalaman yang bisa menjadi renungan kepada setiap guru bahwa sekolah harus bisa menjadi pelayan bagi konsumennya (dalam hal ini adalah siswa). Setiap penyedia layanan pendidikan harus mampu menyediakan apa yang dibutuhkan oleh siswanya masing-masing. Secara normal, setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam satu kelas. Satu orang guru harus mampu mengakomodasi setiap kebutuhan siswanya semaksimal mungkin. Kreativitas guru dalam mempersiapkan rencana pembelajaran dituntut ada untuk memenuhi permintaan ini. Marilah kita menyimak cerita yang disampaikan oleh Bapak Marsigit pada pertemuan ke-10 mata kuliah filsafat PEP. Kalimat yang saya sampaikan disini berdas

Refleksi Kuliah 9 Filsafat PEP (Zoom) - 25 Oktober 2021

Gambar
Ditulis oleh : Purwoko Haryadi Santoso (21701261044) Program studi : S3 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Kelas C) Bismillahirrohmanirrohim.  Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarakatuh Sekolah fisika ( school physics ) tidak sama dengan pembelajaran fisika. Menurut ideologi pendidikan yang disampaikan oleh Paul Ernest (1991), pembelajaran fisika sebagai sekolah fisika seharusnya tidak memandang bahwa fisika hanyalah sebagai tubuh keilmuan ( a body of knowledge ) saja tetapi lebih luas daripada itu. Dengan asumsi seperti ini, siswa yang mempelajari fisika seolah-olah hanya berkutat pada rumus, angka, dan persamaan padahal hakikat ilmu fisika sendiri merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam. Bandul yang mengayun, bunyi yang beresonansi, listrik yang bisa memberikan energi adalah beberapa gejala alam yang seharusnya dibawa dan diperkenalkan guru secara langsung di dalam kelas.  Siswa merupakan manusia yang memiliki kehendak, kebutuhan, dan pengalaman yang berbeda-beda. Gu

Refleksi Kuliah 7 Filsafat PEP (Zoom) - 11 Oktober 2021

Gambar
Ditulis oleh : Purwoko Haryadi Santoso (21701261044) Program studi : S3 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Kelas C)   Bismillahirrohmanirrohim.  Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarakatuh Ideologi dan politik pendidikan menjadi topik yang akan didiskusikan pada pertemuan minggu ketujuh kali ini. Sebagai media untuk meng”ada”kan konsep yang mungkin ada, sepuluh pertanyaan dalam konteks filsafat negara diajukan dalam aktivitas Luruh Ego 6 pengawal pertemuan Bapak Marsigit hari ini. Terdapat lima ideologi pendidikan matematika Ernest (1991) yang menjadi batasan ideologi yang dibahas pada diskusi hari ini. Daftar ketigapuluh pertanyaan yang diajukan Bapak pada Luruh Ego ke-6 beserta jawabannya dalam tanda kurung antara lain :   1.       Apa politiknya ideologi industrial trainer ? ( radical right ) 2.       Apa politiknya ideologi technological pragmatism ? (konservatif) 3.       Apa politiknya ideologi old humanist ? (konservatif) 4.       Apa pol

Ideologi dalam Filsafat Pendidikan Matematika

Gambar
Purwoko Haryadi Santoso 1 , Marsigit 2 1 Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta 2 Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Yogyakarta   A.     Ideologi Pendidikan Industrial Trainer Ideologi industrial trainer percaya bahwa matematika adalah sebuah tubuh keilmuan yang bersifat tetap dan netral. Ilmu matematika memiliki batas yang tegas dengan ilmu lainnya dan dipelihara agar tidak bersinggungan dengan nilai lainnya seperti nilai-nilai sosial. Isu-isu sosial tidak mendapatkan tempat dalam ilmu matematika karena dianggap dapat merusak kenetralan dan objektivitas ilmu matematika. Tujuan pendidikan yang dianut dalam ideologi ini mengharapkan seorang anak bisa menghitung dan memahami nilai kepatuhan. Seorang anak diharapkan datang ke sekolah agar mampu membaca, berhitung, dan sedikit pengetahuan ilmiah. Anak tidak boleh mengetahui hal yang berkaitan di luar tujuan ini dan tidak dituntut untuk memiliki standar kemampuan dasar aka